Subscribe Us

Header Ads

Menjaga Titik Patri Pancasila




KAPANKAH suatu bangsa mati atau pupus? Manakala ia sudah kehilangan titik patrinya yang luhur lantaran terkikis atau terkhianati. Juga manakala ia tak lagi memiliki himpunan penanda ke mana setiap warga bangsa bisa terus merujukkan eksistensi dan meresapi cinta dalam kebersamaan. 

Titik patri adalah serangkaian prinsip luhur di mana bangsa didirikan. Di Indonesia, titik patri kita adalah Pancasila. Dalam kadar berbeda-beda, di luar yang resmi seperti konstitusi, bangsa kita memiliki cukup banyak penanda bangsa. Baik sepanjang masa pra-kemerdekaan maupun sesudahnya. 

Rangkaian penanda bangsa kita tampil dalam aneka tradisi agama ataupun kebudayaan, tokoh serta individu teladan, usaha sosial, organisasi kemasyarakatan, lembaga pendidikan, dan media tercerahkan. 

Begitu pula peristiwa sejarah atau bangunan peringatan. Itu semua secara sadar meskipun sendiri-sendiri terus bekerja menegakkan sebagian atau segenap prinsip luhur dalam Pancasila. 

Harus diakui, kecuali segilintir penanda istimewa, rangkaian penanda di atas rata-rata masih bersifat pemula, tertinggal perkembangan zaman, dan jauh dari terarah, apalagi bersinergi. 

Maka, “Indonesia Maju” sebagai representasi Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang menjadi tema besar HUT ke-75 Kemerdekaan RI sangat relevan. 

Momen 75 tahun Indonesia merdeka bisa menjadi jembatan komunikasi memajukan kehidupan bangsa Indonesia dengan modal dasar kemajemukan. Juga sebagai ruang dan sarana belajar membangun kesadaran bersama tentang keindonesiaan yang jati dirinya serba majemuk. 

Mari terus merawat keindonesiaan, melalui proyek luhur “membanggun Indonesia kecil” di provinsi tercinta, Kalimantan Timur. Dirgahayu Indonesia. Indonesia Maju. Merdeka! (*) 

Post a Comment

0 Comments