Subscribe Us

Header Ads

Misi Perubahan Polri Presisi


KONSEPTOR PRESISI: Penulis bersama Jenderal Listyo Sigit Prabowo sebelum menjabat Kapolri.


INSTITUSI yang modern selalu berjuang menghadapi perubahan dan pembaruan. Semua harus dihadapi dengan langkah-langkah strategis yang tepat. Mulai dari membaca sinyal perubahan, menghadapi medan persoalan, sampai menentukan pilihan untuk menghadapi dan menyelesaikannya.

Ketika Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjalani uji kepatutan dan kelayakan sebagai calon Kapolri di Komisi III DPR RI, saya, anda dan kita semua menyaksikan bagaimana Kapolri membaca pergerakan inovasi yang tengah berlangsung, keadaan ekonomi global, kecenderungan-kencenderungan dalam sosial budaya dan kepemimpinan, ledakan-ledakan yang bisa dibaca dalam data, serta kecenderungan-kecenderungan bencana alam dan non-alam.

Kita telah melihat mindset yang berubah pada institusi Polri untuk mengendalikan perubahan, memotret kembali sumber dayanya, prosesnya, dan nilai yang paling cocok dengan lingkungan dan tuntutan disrupsi.

Semua bacaan sinyal itu kemudian dieksekusi dan tertata dalam konsep transformasi menuju Polri yang presisi. Setelah mengajak melihat perubahan, tantangan selanjutnya bagi Kapolri adalah mendorong agar personil Polri mau bergerak.

Ya, ketika dunia memasuki zaman digital, Kapolri berupaya mengukur kembali peta keunggulan institusinya, dan kepada siapa energi baru Polri dikerahkan. Tentu saja bukan pekerjaan mudah, diperlukan energi pendorong yang cukup untuk mempertahankan momentum.

Saya meyakini personil Polri akan cepat bergerak dan menjalankan strategi besar transformasi menuju Polri yang presisi. Mungkin akan ditemui hambatan-hambatan, dan kinerjanya belum sempurna. Namun, justru disinilah diperlukan rasa percaya yang kuat.

Sejatinya, telah banyak transformasi inovasi layanan yang dilakukan Polri. Ibarat layanan digital restoran, beberapa akses layanan polisi sudah semudah memesan makanan.

Tentu, tantangan maupun lanskap keamanan dan ketertiban masyarakat di masa kini dan ke depan akan berbeda dan lebih rumit. Naiknya kuantitas dan kualitas pertarungan memperebutkan “ruang hidup” dalam skala global bertambah sengit, dan berpotensi menjadi medan pertarungan.

Pada sisi lain, kehidupan berbangsa-bernegara telah semakin jauh dari Pancasila serta nilai-nilai luhur bangsa seperti keramahtamahan dan toleransi. Sebaliknya, yang tumbuh berkembang justru budaya amuk, anarkisme, materialisme, serta budaya negatif lainnya.

Di bidang ekonomi, pandemi Covid-19 menjadi pukulan keras hingga memicu resesi ekonomi global.

Memperbaiki keadaan di atas yang berpotensi terhadap gangguan kamtibmas merupakan pekerjaan akbar kita bersama, utamanya Polri sebagai pemegang otoritas. Namun, saya yakin dan percaya bahwa Polri mampu mengatasi dan menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan akbar tersebut.

Dirgahayu ke-75 Kepolisian Republik Indonesia. Semoga semakin jaya dan bermakna. (*)

Post a Comment

0 Comments