Subscribe Us

Header Ads

Pandemi, Kaguta, dan Dian Sastro



DUA tahun ini kita merasakan hal yang sama. Ada yang berbeda, ada yang tak biasa. Langkah jalan hidup kita berubah melesat hingga seratus delapan puluh derajat.

Tahun-tahun dipenuhi cemas. Diguyur galau, mereguk risau. Tahun baru masehi, tahun baru hijriah, tahun baru Imlek, dan kini hari kemerdekaan negara.

Sesungguhnya kita semua sangat mengenal semesta. Semacam ruang untuk hidup sederhana. Kita bernapas, menghirup bahagia pada udara, pada tetumbuhan yang pandai memeluk teduh di bangku taman dan trotoar jalan raya. Kita banyak kehilangan akan hal itu.

Semua ini karena “perang”. Ya, dunia sedang berperang. Seperti disampaikan Presiden Uganda Yoweri Kaguta Museveni. Pidatonya yang viral itu. Perang tanpa senjata dan peluru. Perang tanpa tentara manusia. Perang tanpa batas. Perang tanpa perjanjian gencatan senjata. Perang tanpa arena. Perang tanpa zona terlarang. Begitu ia memilih diksi tentang perang melawan pandemi Covid-19.

Inilah salah satu pidato terbaik di dunia tentang Covid-19. Peringatan Kaguta kepada orang-orang yang berperilaku buruk selama periode Covid-19 begitu menyentuh.

Membaca kalimat demi kalimat pada pidato Kaguta, kita bisa melihat Kaguta menulisnya dengan mata dan hati. Benar apa yang dikatakan olehnya, betapa perang melawan Covid-19 ini sungguh mengerikan.

Saya kutip ulang sebagian isi pidato Kaguta Museveni. Agar kita menyadari bahwa situasi pada saat ini sedang tidak baik-baik saja. Dan kita semua sama-sama bisa mengintrospeksi diri kita masing-masing.

Tentara dalam perang ini tanpa ampun. Tidak memiliki setitik pun rasa kemanusiaan. Tidak pandang bulu - tidak peduli apakah anak-anak, wanita, atau tempat ibadah yang diserangnya. Tentara ini tidak tertarik pada rampasan perang. Tidak ada niat untuk mengubah rezim. Tidak peduli tentang sumber daya mineral yang kaya di bawah bumi. Bahkan tidak tertarik pada hegemoni agama, etnis atau ideologis. Ambisinya tidak ada hubungannya dengan superioritas rasial. Ini adalah tentara yang tidak terlihat, cepat, dan sangat efektif.

Agenda satu-satunya adalah panen kematian. Hanya kenyang setelah mengubah dunia menjadi satu lahan kematian besar. Kapasitasnya untuk mencapai tujuannya tidak diragukan lagi. Tanpa mesin darat, amfibi dan senjata udara, ia memiliki pangkalan di hampir setiap negara di dunia. Pergerakannya tidak diatur oleh konvensi atau protokol perang apa pun. Singkatnya, ia adalah hukumnya tersendiri. ia adalah Coronavirus.

Syukurlah, pasukan ini memiliki kelemahan dan bisa dikalahkan. Hanya membutuhkan tindakan kolektif, disiplin dan kesabaran kita. COVID-19 tidak dapat bertahan dari jarak sosial dan fisik. Ia hanya berkembang ketika Anda menantangnya. Senang sekali dikonfrontasi. Namun menyerah dalam menghadapi jarak sosial dan fisik kolektif. Ia tunduk pada kebersihan. Tidak berdaya ketika Anda mengambil takdir Anda di tangan Anda sendiri dengan menjaganya tetap bersih sesering mungkin.

Bagaimana menurut anda? Jika ada penilaian bahwa pidato Kaguta merupakan pidato Covid-19 terbaik di dunia, Kaguta memang layak mendapatkan apresiasi tersebut.

Dari tanah air, kita juga perlu merenungkan unggahan medsos selebriti yang satu ini: Dian Sastro. Yang kata banyak orang cantik, jago akting, pintar, dan pandai pula berpuisi. Aktris papan atas ini mengaitkan momen Hari Kemerdekaan RI ke-76 dengan berbagai pertanyaan yang selalu mengemuka. Tentang makna kemerdekaan. Apakah kita sudah merdeka dari kemalasan dan kenyamanan yang menahan kita bertumbuh?

Masih ada pertanyaan lain dari istri Maulana Indraguna Sutowo ini. Tentang empati di tengah pandemi Covid-19. Berkurang atau bertambahkan empati kita?

Pada akhirnya, merdeka adalah mengedepankan kepentingan yang lebih besar dan menyatukan perbedaan. Dian menutup puisinya dengan merdeka menurut pandangannya.

"Bersatu, bahu membahu mengakhiri pandemi adalah juga ikhtiar dan upaya kita memerdekakan diri,” tulis Dian. Sejuk sekali bukan! Senapas dengan tema Kemerdekaan RI ke-76: Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh. Nilai-nilai ketangguhan, semangat pantang menyerah untuk terus maju bersama dalam menempuh jalan penuh tantangan harus menjadi semangat kita. Dirgahayu ke-76 Indonesiaku. (*)


Post a Comment

0 Comments