Subscribe Us

Header Ads

Balikpapan: The Story of Tomorrow


KUBANGUN, KUJAGA, KUBELA: Bersama Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin dan Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas'ud berolahraga pagi di Pantai Manggar, Balikpapan.


ADA satu kalimat dari Mahatma Gandhi, tokoh perjuangan India yang banyak dikutip sebagai kalimat motivasi. Gandhi mengatakan jalanilah hidup seakan-akan anda akan mati di hari esok, tetapi belajarlah seakan-akan anda akan hidup selamanya.

Sampai kapan pun, apa yang dikatakan Gandhi akan selalu relevan. Saya, anda, kita semua perlu menghadapi situasi yang penuh ketidakpastian dengan pengetahuan. Kita juga perlu memperbaiki mental kita, kebaikan kita, seakan-akan esok akan mati.

Sahabat, pelajaran hari ini tidak sama lagi dengan pelajaran masa lalu. Oleh karena itu kita harus beradaptasi. Dunia baru harus di-eksplore agar kita tidak terperangkap oleh masa lalu.

Saya tahu pada hari ini masyarakat Kota Balikpapan sedang bersuka-cita. Ya, Kamis 10 Februari 2022 hari ini, Kota Balikpapan tengah merayakan hari jadi yang ke-125. Dari estafet kepemimpinan yang panjang, kota ini telah berhasil melewati masa-masa sulit.

Saya percaya keberhasilan Kota Balikpapan melewati masa-masa sulit itu tidak terlepas dari faktor pemimpinnya. Satu hal yang saya catat dari estafet kepemimpinan di Kota Balikpapan adalah kemampuan membaca perubahan dan menjaga keseimbangan. Pergantian demi pergantian pemimpin tidak meluruhkan semangat itu. Ya, konsistensi tentang cara membangun kota dengan memperhatikan keseimbangan ekonomi dan ekologis.

Oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya dan penerusnya, kota ini telah dipersiapkan sebagai kota masa depan. Konsep kota berkelanjutan menjadi jawaban yang telah dipersiapkan sejak lama.

Dalam bahasa lain, kota berkelanjutan adalah kota yang merupakan perpaduan antara konsep ecopolis, humanopolis, dan technopolis. Secara ideal, sebuah kota termasuk Kota Balikpapan, bila ingin jati diri dan citra kotanya tetap nyaman serta berwibawa, maka pembangunan kotanya harus menggabungkan ketiga konsep itu.

Cepat atau lambat, Kota Balikpapan akan tumbuh dan membengkak semakin besar, semakin kuat, dan sulit dikendalikan. Sekarang atau nanti, Kota Balikpapan memang ibarat perawan. Bagi banyak pendatang, kota ini perlu dan harus ditaklukkan. Tapi kekejaman juga tidak bisa menahan orang untuk datang ke Kota Minyak.

Kelak, ketika IKN telah berpindah dan Balikpapan menjadi kota penyangga, Kota Balikpapan akan menjadi kota penampungan bagi pendatang yang mengharapkan lapangan kerja. Masalah penduduk tanpa keahlian dan tanpa lapangan kerja itu bisa meruncing dalam ketidakpuasan dan kemarahan.

Gabungan ketiga konsep dalam menjawab tantangan masa depan perkotaan itu sejatinya telah dilakukan di masa pemerintahan Wali Kota Imdaad Hamid.

Bila dalam perjalanannya upaya-upaya perubahan untuk menjadikan Kota Balikpapan sebagai kota masa depan muncul resistensi, itu adalah hal yang wajar. Tekanan ini akan dialami oleh siapa pun yang menjadi tokohnya.

Mereka yang menggaungkan penolakan perubahan akan selalu menggunakan premis bahwa perubahan belum tentu menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Tidak salah, tetapi kalimat itu menurut saya belum lengkap. Karena tanpa perubahan sudah pasti tidak akan ada pembaharuan.

Jika kita menghendaki pembaharuan, maka diperlukan perubahan. Memang ada risiko yang harus diukur oleh seorang pemimpin: yakni belum tentu menghasilkan yang lebih baik.

Albert Einstein mengatakan banyak orang yang masuk dalam kategori orang gila. Ya, orang gila yang mengharapkan hidupnya berubah, tetapi selalu melakukan hal yang sama berulang-ulang. Jadi, hendaknya kita tidak berperilaku seperti orang gila. Menghendaki perubahan dan pembaharuan, tetapi selalu melakukan hal yang sama berulang-ulang.

Sudah wajar pemimpin yang hebat adalah pemimpin yang mampu melakukan perubahan dan pembaharuan. Pemimpin perubahan bukan manajer biasa, tetapi orang yang berani mengambil risiko. Terutama pada tahapan eksekusi. Wacana-wacana itu mudah diucapkan. Dan ini banyak dilakukan oleh banyak orang. Tetapi yang babak belur adalah yang mengeksekusinya. Ketika berada di lapangan, eksekutor harus menghadapi banyak tantangan dan beradaptasi dengan kesulitan, penolakan, dll. Jadi, kita yang mengharapkan hasil yang berbeda, tetapi cenderung melakukan hal yang sama berulang-ulang seperti halnya orang gila.

WE LOVE BALIKPAPAN: Bersama kolega di Hotel Gran Senyiur Balikpapan.


Ketika bicara perubahan, maka kita akan berhadapan dengan manusia yang cara berpikirnya berbeda-beda. Ada manusia yang selalu menyatakan bahwa kita belum atau sampai kapan pun tidak pernah siap. Di sinilah kita akan melihat orang yang berpikir birokratik dan entrepreneur. Orang yang berpikiran entrepreneurial akan selalu mencari jalan keluar. Sedangkan orang yang berpikir birokratik, selalu mengatakan tidak akan bisa dikerjakan selama anggarannya belum ada. Wajar, karena tugas seorang birokrat adalah menghabiskan anggaran.

Ada baiknya birokrat belajar dari Lee Kuan Yew yang melakukan pendekatan opportunity base. Ketika membangun Singapura pada 1960-an, mendiang uncle Lee dihadapkan pada kondisi ketidakpastian anggaran. Singapura didiami oleh tiga etnik besar yang selalu berkonflik. Tidak punya sumberdaya alam. Jargon-jargon pada saat itu adalah industrialisasi. Lalu muncul perdebatan bahwa tidak mungkin Singapura membangun industri besar karena marketnya sangat kecil. Kalau pada saat itu Lee Kuan Yew dikelilingi oleh orang-orang yang berpikiran pesimistik, tidak mungkin Singapura akan seperti sekarang.

Lee mengubah strategi agar investor datang ke Singapura dengan membuat Singapura sebagai kota yang bersih, aman, sehat, dan aman. Lee adalah pemimpin dengan terobosan-terobosan barunya. Tokoh-tokoh perubahan di mana pun pasti akan mengalami dilema dan perlawanan.

Berbicara kesiapan itu sama dengan ketika kita akan menikah. Kalau kita harus punya rumah, mobil, dan punya banyak hal sebelum menikah, mungkin sampai sekarang kita akan menyaksikan pengantin di negara kita rata-rata berusia tua. Padahal untuk menikah itu rata-rata pasangan belum siap, tetapi mereka berani melangkah ke depan. Dalam perjalanan panjang pasangan pernikahan itu akan terus mempersiapkan diri ini dan itu. Banyak hal yang belum siap bisa dilakukan dan diperbaiki setelahnya.

Dalam setiap perubahan pasti ada resistensi atau penolakan-penolakan, baik secara halus atau terang-terangan. Setiap perubahan selalu akan ditemani oleh apa yang dinamakan oposisi.

Ketidakpastian selalu ada dalam rencana-rencana besar. Apalagi yang dilakukan tidak sekejap seperti ibu kota negara baru membutuhkan waktu yang panjang, dan akan diteruskan oleh penerusnya.

Saya percaya Kota Balikpapan sebagai kota penyangga ibu kota negara akan terus berbenah dan telah memiliki rencana-rencana besar menuju kota megapolitan masa depan. Siapa pun pemimpinnya. Sekarang atau nanti. Dirgahayu ke-125 tahun. Balikpapan Kubangun, Kujaga, dan Kubela. (*)

Post a Comment

0 Comments