Subscribe Us

Header Ads

Melepas Tukik

KONSERVASI PENYU: Melepas anak penyu/tukik di Pantai Kuta Bali.

Saya mendengarkan serius penjelasan yang disampaikan I Gusti Ngurah Tresna, founder Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center (KBSTCC). Selasa (10/05/2020) pagi, beliau memandu jalannya pelepasan anak penyu atau tukik. Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin, Ibu Hj. Wury Ma’ruf Amin dan peserta yang hadir terlihat bersemangat.

Ketika gelombang air laut merayap ke tepi pantai, kami melepas tukik sambil meneriakkan yel yel “Go Baby Go…Go Baby Go…”.

Kami merasakan teriakan itu memberikan semangat bagi anak-anak penyu untuk segera berjalan menuju ke laut. Saya sempat melirik ke arah Wapres dan ibu. Senyum terpancar dari wajah mereka saat menyaksikan momen tersebut.

Dari penjelasan Pak Tresna dan para relawan yang mendampinginya, kami semakin mengerti tentang program pelestarian perairan laut melalui pelepasan bayi penyu. Menjadi paham tentang siklus hidup penyu yang nantinya akan kembali lagi ke tempat pertama penyu tersebut menetas.

PESONA BALI: Berbincang santai dengan Wapres KH Ma'ruf Amin dan Ibu Wury Ma'ruf Amin sebelum acara pelepasan tukik. 

“Habitat penyu ada di tengah laut, 60 jam berenang, empat hari tidak makan berenang terus, nantinya 25 tahun kemudian akan kembali ke tempat menetas,” paparnya.

Namun, pengelola yang sudah mengabdi selama 20 tahun tersebut menyayangkan, rentannya siklus hidup penyu membuat tidak banyak anak tukik yang mampu bertahan hidup.

Only one (hanya satu) yang dapat survive (bertahan hidup) dari 1.000 anak penyu,” terangnya.

Di sisi lain, relawan terlatih dari KBSTCC Yossy Wijaya, pada momen yang sama turut menjelaskan mitologi dari penyu tersebut.

SEHAT BUGAR: Wapres Ma'ruf Amin dan Ibu Wury Ma'ruf Amin tampak bersemangat menghadiri sejumlah kegiatan selama kunjungan kerja di Bali. 

Menurut Yossy, penyu memiliki mitos sebagai pembawa berkah keberuntungan dan usia panjang. Penyu juga sebagai penjaga laut dan bumi.

Secara ekologi kehidupan laut, populasi penyu menjadi indikator apakah pinggiran laut itu sehat airnya dan bebas polusi sehingga aman untuk berenang dan berwisata.

Sebagai informasi, KBSTCC dibentuk sebagai bagian dari proses perlindungan satwa penyu yang datang bertelur di Pantai Kuta. Proses perlindungan berupa konservasi relokasi telur penyu hingga proses menetas dan akan dilepas kembali ke laut usai penetasan. Proses ini secara edukatif dan praktikal dilakukan oleh para pengurus KBSTCC dengan dampingi oleh I Wayan Wiradnyana, Founder Bali Sea Turtle Society (BSTS).

Sekarang, kita menjadi lebih mengerti mengapa pariwisata dan konservasi ibarat sahabat karib laiknya obat dan penyakit. Tanpa pariwisata, upaya konservasi akan sulit berkembang. Tanpa konservasi, respons pariwisata akan terus menurun.

SOLID: Semangat untuk negeri dari Pantai Jerman.

Sektor pariwisata juga menjadi pisau bermata dua bagi konservasi. Bisa berdampak positif dan negatif. Meski kerap kontradiktif, sebenarnya pariwisata dan konservasi sangat mungkin berjalan beriringan.

Dari Bali, kita bisa belajar tentang model industri pariwisata berkelanjutan yang berjalan beriringan dengan konservasi. (*)

Post a Comment

0 Comments