Subscribe Us

Header Ads

Kabar dari Mesir

KOTA PERADABAN: Bersama kolega dengan latar belakang laut Mediterania di Kota Iskandariyyah, Mesir.


Inflasi. Ini adalah sesuatu yang ditakuti oleh masyarakat luas dan lebih menakutkan ketimbang resesi. Kita telah mengalami pada waktu pandemi terjadi beberapa kali di seluruh dunia. Ini situasi yang disebut resesi, yaitu pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Namun nyatanya semua survive saja. Negara malah membantu mereka yang kesulitan mendapatkan pendapatan. Tetapi pada masa itu konsumsi kita memang turun. Pandemi memaksa kita tinggal di rumah dan konsumsi kita berubah.

Begitu pandemi selesai, terjadi persoalan lain lagi. Yakni negara mulai menahan produk pangannya menyusul terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina.

Ketika pangan sangat bergantung pada dua negara itu, apa yang terjadi? Beberapa negara yang mendapatkan gandum dan energi dari Rusia atau Ukraina mulai sulit mendapatkannya. Lautnya diblok oleh Rusia dan Ukraina yang saling berperang.

Setelah itu apa yang terjadi? Mereka kemudian saling mengisolasi dua negara ini. Efek berantainya adalah ketika negara-negara di Eropa yang biasa mendapatkan energi dan gandum dari dua negara ini tidak bisa mendapatkannya, mereka harus mengambilnya dari negara-negara yang lebih jauh seperti Kanada dan Australia. Akibatnya adalah dua komoditas ini harganya menjadi naik. Negara-negara penghasil energi dan pangan melihat peluang ini dengan menaikkan harga. Ini juga terjadi pada komoditas minyak nabati.

DIPLOMASI MESIR-RUSIA: Pertemuan Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menjadi headline Daily News Egypt.


Inilah semua yang memicu inflasi yang kemudian merambat luas dan berakibat sejumlah negara menahan produk pangannya. Sudah cukup banyak negara yang mengambil kebijakan untuk melarang ekspor produk pangan mereka.

Dari Singapura kita bisa melihat problem besar pangan yang sedang mereka alami. Betapa Singapura dag-dig-dig di masa seperti ini. Sampai-sampai beredar meme lucu: makan nasi dengan lauk paha ayam. Bukan ayam beneran. Paha ayam yang terbuat dari nasi. Ayam beneran memang lagi langka di Singapura. Khususnya ayam segar. Itu karena Malaysia menghentikan ekspor ayam segar ke Singapura. Sebanyak 3,6 juta ekor per bulan.

Kita juga telah banyak mendengar tentang prediksi-prediksi sejumlah negara di dunia yang berada di ujung kebangkrutan. Mesir dan Turki masuk dalam daftar itu berdasarkan analisis Bloomberg.

Kebetulan sekarang ini saya sedang berada di Mesir. Meski dalam situasi ekonomi yang sedang tidak baik-baik saja, defisit anggaran Mesir jauh lebih baik dibandingkan Turki. Pun inflasinya.

Media internasional memberitakan masalah utama Mesir karena imbal hasil obligasinya telah mencapai 13,2 persen. Dengan yield yang mencapai double digit ini, maka pembayaran utangnya menjadi lebih besar. Pembayaran utang yang lebih besar ini tidak sejalan dengan kondisi perekonomian Mesir yang memang lagi sakit.

EFEK PERANG: Konflik Rusia-Ukraina cukup memukul industri pariwisata Mesir.


Selain itu, inflasinya juga mengalami lonjakan menjadi 14,7 persen pada Juni 2022. Realisasi ini jauh di atas Juni 2021 yang berada di kisaran 5 persen.

Jangan lupa bahwa inflasi selalu menggerogoti kalangan menengah ke bawah. Masyarakat kelas menengah ke bawah ini hampir semua pendapatannya untuk konsumsi. Jadi, definisi orang miskin adalah ketika kita menghabiskan 70 persen pendapatan untuk konsumsi. Terutama konsumsi pangan.

Kalau sudah begini, maka tidak cukuplah uang untuk pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Ketika dari 70 persen itu harga kebutuhan naik, maka mereka akan menghabiskan 90-100 persen pendapatannya untuk konsumsi. Tidak ada lagi uang untuk membeli buah, sayuran, dan lain sebagainya. Inilah yang menggerogoti kalangan menengah ke bawah. Pengusaha juga paling takut dengan inflasi. Bukan resesi. Bukan juga devaluasi atau penurunan mata uang.

Perang Rusia-Ukraina telah membawa ketidakpastian ke pasar gandum global. Mesir yang bergantung pada Rusia dan Ukraina untuk 80 persen impor gandumnya, sekarang membayar US$ 435 per ton, dari sebelumnya US$ 270 pada tahun lalu.

Di Kairo, meroketnya harga pangan akibat inflasi telah dirasakan masyarakatnya sejak perang Rusia-Ukraina berkecamuk. Situasi sulit ini memaksa masyarakat Kairo mulai membiasakan makan tanpa daging. Praktik pungutan liar (pungli) juga mulai terlihat di mana-mana.

Dari beberapa destinasi wisata di Mesir yang saya kunjungi, sepenglihatan saya masih cukup ramai. Semestinya lebih ramai lagi karena sekarang ini sedang musim liburan sekolah. Tapi saya bisa memahami dalam situasi sulit seperti sekarang, masyarakat Mesir lebih memprioritaskan pemenuhan konsumsi dibandingkan berwisata.

Bagi Mesir, perang Rusia-Ukraina tidak boleh dibiarkan berkepanjangan. Dari koran Daily News Egypt yang saya baca, Minggu (24/07) kemarin Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi baru saja menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di Istana Kepresidenan, Kairo.

Al-Sisi menekankan pentingnya memprioritaskan dialog dan solusi diplomatik untuk krisis Rusia-Ukraina. Mesir berinisiatif membentuk komite penghubung menteri di Liga Arab dalam upaya menyelesaikan krisis Ukraina, dan berencana akan berkunjung ke ibu kota Rusia.

NEW CAIRO: Investasi residensial, hotel, mal komersial tetap mengalir di New Cairo kendati Mesir dalam terpaan krisis keuangan.


Menarik sekali membaca ulasan bisnis Daily News Egypt, di tengah situasi krisis, investasi tetap mengalir ke negeri piramid itu. Hegaz Development misalnya, siap menginvestasikan EGP 1,2 miliar pada tahap pertama proyek Sokhna Hills—pembangunan unit residensial, hotel, mal komersial, dan area olahraga.

Di kawasan pusat kota New Administrative Capital (NAC), baru saja Luzan Urban Develompment meluncurkan Apex Business Mall tahap ke-2. Proyek fase kedua ini terdiri dari unit-unit unik di berbagai area untuk memenuhi keinginan pelanggan dengan menyediakan sejumlah unit komersial bersistem waralaba.

Kita telah sering mendengar dan membaca para analis ekonomi berdebat tentang aman atau tidak aman suatu negara dari ancaman krisis. Namanya prediksi tidak selalu benar. Segala sesuatu yang baik bisa saja menjadi buruk tiba-tiba. Dan segala sesuatu yang diperkirakan buruk bisa saja tidak terjadi. Namanya saja prediksi.

Apa kabar Indonesia? Kita semua harus optimis bahwa selalu ada jalan untuk keluar dari krisis. Yakinlah pakar ekonomi makro dan mikro kita telah memiliki strategi untuk keluar dari krisis finansial global. Bagaimana menurut anda? (*)

Post a Comment

0 Comments