Subscribe Us

Header Ads

Politik “Santuy”

BINCANG RINGAN: Bersama Wapres KH Ma'ruf Amin di Istana Presiden, Yogyakarta.


Kalau berbeda Capres, lakum Capresukum, walana Capresuna (untukmu Capresmu, untukku Capresku) -- Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin

RASANYA kita perlu menarik napas dalam-dalam untuk membicarakan yang satu ini. Kita sudah terlalu lelah menerima informasi yang cuma menimbulkan kericuhan politik. Terlebih di tahun politik menjelang pemilu presiden 2024.

Ada yang berpandangan bahwa kegaduhan politik bagian dari demokrasi. Saya sependapat. Namun menurut saya, diperlukan adanya eksponen gerakan kelembagaan untuk kembali menghidupkan cara-cara berdemokrasi yang produktif, menyenangkan, dan menyegarkan.

Begitu banyak serakan informasi politik di linimasa. Jika dicermati, banyak kejadian yang apabila disinkronkan dengan akal sehat menjadi kurang padan. Kita harus mengetuk hati para politikus kita agar berpihak pada kewajaran.

Lembar pelajaran berharga demokrasi kita sudah banyak. Kenduri demokrasi yang lalu-lalu meninggalkan episode cerita. Sebuah episode yang telah mencederai pertemanan, persahabatan, dan bahkan persaudaraan di tengah hiruk pikuk pilpres. Ironisnya, ada pihak-pihak yang terus merawat keterbelahan masyarakat.

Kawan, berbeda adalah soal pilihan! Itu saja. Tidak ada yang lain. Salah satu pilihan yang kerap menunjukkan kita berbeda adalah pilihan politik. Keberbedaan pilihan itu adalah sah dan tidak dilarang. Hak asasi manusia memberi penghargaan untuk tidak selalu sama dalam hal memilih.

SOAL PILIHAN: Foto mantan Presiden RI Megawati Soekarnoputri di Museum Istana Presiden, Jogjakarta.


Kesalahan dalam mengartikan keberbedaan pilihan politik menjadi penyebab ketidaksukaan dan kebencian terhadap pemilih berbeda. Berbeda tidaklah lagi kebhinnekaan, tetapi berbeda adalah ketidaksamaan. Itulah kesalahannya.

Ujian demokrasi dalam perjalanannya mengindikasikan belum matangnya perilaku berbeda pilihan politik itu. Ya, perbedaan pilihan politik tidak mudah diterima.

“Buku demokrasi” yang harus kita baca yakni perbedaan di dalam memilih tidaklah harus disikapi dengan berlebihan, tetapi kedewasaan sikap yang seharusnya dikedepankan.

Suhu politik yang memanas menjelang Pemilu 2024 menjadi perhatian Wakil Presiden K.H Ma’ruf Amin. Terlebih setelah beberapa partai politik mendeklarasikan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres)-nya.

Hal tersebut tentu mengundang perdebatan tidak hanya di kalangan para elit partai tetapi juga masyarakat yang mulai menentukan pilihannya masing-masing. Agar perdebatan ini tidak menjadi konflik, Wapres Ma’ruf Amin mengimbau masyarakat untuk menanggapi berbagai perbedaan pilihan politik dengan santai.

“Kalau berbeda Capres, lakum Capresukum, walana Capresuna (untukmu Capresmu, untukku Capresku),” canda Wapres menyampaikan Pidato Kebangsaan di Kampus Universitas Alma Ata, Yogyakarta, Senin (24/10/2022). Saya hadir mendampingi Wapres di kesempatan tersebut.

Selain perbedaan dalam pemilihan Capres-Cawapres, perbedaan juga kerap terjadi pada pemilihan partai peserta pemilu.

“Saya sering mengatakan kalau kita berbeda partai kita katakan lakum partaiukum, walana partaiuna (untukmu partaimu, untukku partaiku), ya sudah masing-masing partai saja,” ucap Wapres diikuti tawa tamu undangan yang hadir.

Wapres juga memaparkan bahwa bangsa ini telah melewati banyak kontestasi politik, sehingga perbedaan yang terjadi menjelang Pemilu merupakan hal yang wajar. Ia menilai, yang paling penting adalah bagaimana menghadapi perbedaan pilihan politik secara damai.

“Oleh karena itu, kita tidak boleh kemudian karena perbedaan menyebabkan perpecahan,” tegasnya di laman wapresri.go.id.

PELAJARAN DEMOKRASI: Berpolitiklah yang wajar-wajar saja dan tetap santuy.


Kawan, politik adalah seni berbeda di dalam pilihannya. Berbeda tidak berarti harus bermusuhan dengan yang tidak sama. Maka, kedewasaan sikap berbeda menjadi jawaban di dalam pilihan politik yang tidak sama. Maukah berani berbeda? Santuy saja, kawan! (*)

Post a Comment

0 Comments