Subscribe Us

Header Ads

Alarm Iklim dari COP27



COP27: Bersama tim pendamping Wapres KH Ma'ruf Amin pada KTT Perubahan Iklim (COP27) di Sharm el-Sheikh, Mesir.

“Kita berada di sebuah jalan menuju neraka iklim dan kaki kita masih menginjak pedal gas
       Antonio Guterres, Sekjen PBB

RATUSAN pasang mata menatapnya. Diawali riuh tepuk tangan, kemudian senyap seketika. Mengawali pidatonya, ia menyampaikan ucapan terima kasih kepada tuan rumah. Ia merasakan keramahtamahan dari tuan rumah yang luar biasa. Pertemuan ini dinilainya mampu diorganisasi dengan sangat baik.

Itulah pengantar pembuka yang disampaikan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada pertemuan puncak Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB (COP27) di Mesir, Senin (07/11/2022).

Hampir 100 kepala negara dan pemerintah menghadiri pertemuan yang berlangsung di resor Laut Merah Sharm el-Sheikh, Mesir, itu. Sungguh pengalaman yang luar biasa bisa berinteraksi dengan para pemimpin dunia di forum internasional ini. Di forum ini, paparan-paparan hebat dari tokoh-tokoh dunia tentang kesadaran kolektif menyelamatkan bumi disuarakan.

Guterres berkata lantang bahwa kita sedang berada di sebuah jalan menuju neraka iklim, dan kaki kita masih menginjak pedal gas. Umat manusia di bumi tengah menghadapi pilihan yang sulit antara bekerja sama atau bunuh diri kolektif dalam pertempuran melawan pemanasan global.

Pada sisi lain, kata Guterres, dunia juga dihadapkan pada banyak krisis lainnya. Mulai dari invasi Rusia ke Ukraina hingga inflasi yang melonjak dan dampak pandemi covid-19 yang berkepanjangan. Seluruh isu-itu menimbulkan kekhawatiran dapat mengesampingkan isu perubahan iklim.

AKSI HIJAU INDONESIA: Paviliun Indonesia di area KTT Perubahan Iklim (COP27), Mesir. 


Guterres mengatakan COP27 harus menyepakati peta jalan yang jelas dan terikat waktu untuk kerugian dan kerusakan yang memberikan pengaturan kelembagaan yang efektif untuk pembiayaan.


Negara-negara kaya diharapkan menetapkan jadwal pengiriman US$100 miliar per tahun untuk membantu negara-negara berkembang menghijaukan ekonomi mereka dan membangun ketahanan terhadap perubahan iklim di masa depan. Janji itu sudah jatuh tempo dua tahun dan masih kurang US$17 miliar, menurut OECD.

“COP27 harus menjadi tempat untuk membangun kembali, memercayai dan membentuk kembali ambisi yang dibutuhkan agar tidak mendorong planet kita jatuh ke dalam jurang iklim,” kata Guterres mengutip aljazeera.com.

Turut serta dalam COP27, ada banyak persiapan yang dilakukan Indonesia untuk tampil sebagai negara yang peduli pada mitigasi iklim. Sebagai anggota 10 negara dengan produsen gas rumah kaca terbesar, Indonesia punya tugas yang unik: mesti menurunkan gas rumah kaca sekaligus andalan penyerap gas rumah kaca negara lain.

INTERAKSI DUNIA: Bersama tim pendamping Wapres, kami mendapatkan pengalaman hebat selama mengikuti KTT Perubahan Iklim (COP27).


Sebab, COP27 juga membicarakan kembali biaya US$ 100 miliar untuk mitigasi krisis iklim. Sebagai negara tropis yang menjadi andalan penyerap gas rumah kaca, Indonesia punya kesempatan menyerap dana tersebut.

Mewakili pemerintah Indonesia, Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin menyampaikan tiga butir pandangan Indonesia mengenai upaya untuk mengatasi perubahan iklim.

Pertama, COP27 di Mesir perlu menjadi COP implementasi. Satu tahun pasca-Glasgow (COP26), Indonesia menilai belum ada kemajuan global signifikan. Untuk itu, COP27 harus dimanfaatkan tidak hanya untuk memajukan ambisi, namun juga implementasi, termasuk pemenuhan dukungan dari negara maju kepada negara berkembang.

Poin kedua, Indonesia mengajak semua pihak untuk menjadi bagian dari solusi. Semua negara harus berkontribusi sesuai kapasitas masing-masing, dengan semangat burden-sharing (berbagi beban) bukan burden-shifting (memindahkan beban).

AREA PAMERAN: Booth beberapa negara di area KTT Perubahan Iklim, Mesir.


Selanjutnya dalam poin ketiga, Indonesia terus berupaya untuk lead by example termasuk dengan menyampaikan Enhanced Nationally Determined Contribution (ENCD) atau Komitmen Indonesia untuk semakin berkontribusi dalam menjaga suhu global.

Targetnya, menurunkan emisi menjadi 31,8 persen dengan kemampuan sendiri dan 43,2 persen untuk dukungan internasional. Peningkatan ini selaras dengan peningkatan signifikan kebijakan perluasan konservasi dan restorasi alam penerapan pajak karbon mencapai zero emission pada 2070, pengembangan ekosistem kendaraan listrik, serta inisiasi program biodiesel B40.

Untuk memastikan pendanaan transisi energi di Indonesia, Wapres menyebut, pemerintah Indonesia juga telah meluncurkan Country Platform for Energy Transition Mechanism.

"Semua upaya nasional tersebut perlu disertai dukungan internasional yang jelas, termasuk penciptaan pasar karbon yang efektif dan berkeadilan, investasi untuk transisi energi dan pendanaan untuk aksi iklim," jelas Wapres.

PANGGUNG INTERNASIONAL: Di forum ini, paparan-paparan hebat dari tokoh-tokoh dunia tentang kesadaran kolektif menyelamatkan bumi disuarakan.


Apalagi sebagai Presiden G20 pada 2022, Indonesia terus mendorong pemulihan hijau serta aksi iklim yang kuat dan inklusif. Selanjutnya melalui Keketuaan ASEAN pada 2023, Indonesia akan terus memberikan perhatian pada penguatan aksi iklim. Menutup pernyataannya, Wapres mengajak seluruh negara untuk memperkuat kolaborasi berdasarkan dialog dan kepercayaan.

Dari COP27, inilah waktu krusial bagi para pemimpin dunia untuk meningkatkan ambisi mengatasi perubahan iklim. Kita menuntut adanya aksi global masyarakat dunia untuk berdiri di garis depan krisis iklim. Planet kita telah memberi alarm yang keras dan jelas bahwa ia telah mencapai batasnya. Konferensi Perubahan Iklim ke-27 yang berlangsung di Sharm El-Seikh, Mesir adalah kesempatan untuk berhenti bicara dan mulai bertindak.

Orang-orang muda yang saya temui di Konferensi Perubahan Iklim COP27 begitu gigih dan berani menuntut aksi-aksi nyata pemimpin dunia. Kita mesti bersyukur dan sudah seharusnya merasa bangga berdiri di antara mereka.

Dinamika sudah pasti mewarnai KTT iklim COP27. Para aktivis menyerukan demonstrasi memanfaatkan momentum COP27. Tentu saja pihak berwenang Mesir telah meningkatkan keamanan di seluruh negeri sebelum menjadi tuan rumah KTT COP27.

Pada kanal media sosial resmi COP27, kritik tajam ditujukan kepada Coca-Cola yang mensponsori KTT COP27. Perusahaan itu dianggap sebagai penyumbang limbah plastik terbesar di dunia. (*)

Post a Comment

0 Comments