Subscribe Us

Header Ads

Nuraga Gempa Cianjur

RELOKASI: Wapres KH Ma'ruf Amin memberikan keterangan pers terkait progres pembangunan rumah tahan gempa bagi warga Cianjur yang menjadi korban gempa.


PARA penyintas gempa di Cianjur tumbuh dan bertahan dengan sebekas ingatan yang sulit lupa. Di udara dingin pagi kelabu di pengujung tahun 2022, warga beberapa desa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, masih menyimpan trauma tentang betapa mengerikannya bencana kala itu. Rumah yang hancur merontokan mental warga Cianjur.

Gempa bumi memang bukan cukilan sejarah. Tetapi gempa menjadi sepotong kisah yang kini mesti disadari secara seksama. Apalagi fenomena alam ini punya siklus waktu yang berulang.

Di balik jatuhnya ratusan korban jiwa, gempa berdaya magnitudo 5,6 yang membelah tanah Cianjur dan merobohkan ribuan rumah dan bangunan harus menjadi momentum untuk berbenah.

Ruang publik dan fasilitas seperti sekolah selayaknya menjadi tempat paling aman saat terjadi bencana. Namun, tidak hanya keamanan bangunan, pemerintah maupun komunitas masyarakat harus disiapkan untuk menghadapi gempa yang sewaktu-waktu melanda.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memang sudah mengeluarkan rekomendasi pasca gempa. Khusus pada zona kerawanan tinggi, relokasi menjadi rekomendasi yang diprioritaskan. Adapun kawasan tersebut meliputi 10 desa dari 2 kecamatan.

RUMAH TAHAN GEMPA: Rumah tipe 36 dengan teknologi panel struktur instan sederhana sehat.


Pasca masa tanggap darurat bencana diberhentikan sejak 10 Desember lalu, pemerintah berupaya mencari alternatif lokasi hunian baru bagi warga. Jaraknya 10 kilometer dari Cugenang, 200 unit rumah sedang digarap di Desa Cilaku.

Di lahan 2.5 hektare, pemerintah membangun rumah tahan gempa dengan teknologi panel struktur instan sederhana sehat. Rumah bertipe 36 yang dibangun dilengkapi dengan reservoir, balai RW, dan taman bermain tersebut bakal jadi rujukan membikin tempat relokasi.

Rabu (04/01/2023), saya bersama Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin beserta Ibu Hj. Wury Ma’ruf Amin dan rombongan terbatas meninjau langsung progres penanganan pasca gempa Cianjur.

Pesantren Al-Bahjah Cianjur menjadi tujuan pertama. Pasca gempa, keadaan pesantren yang berada di desa Cijedil, Kecamatan Cugenang, Cianjur ini sangat memprihatinkan. Bangunan pesantren yang rusak parah membuat para santri tidak bisa belajar dan terpaksa dipulangkan.

REKONSTRUKSI PESANTREN: Wapres KH Ma'ruf Amin, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum, Bupati Cianjur Herman Suherman di Pesantren Al-Bahjah, Cianjur.


Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum, Bupati Cianjur Herman Suherman, dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Bahjah Cianjur menyambut kedatangan kami. Di tempat ini, Wapres meninjau renovasi akibat gempa dan menyerahkan langsung bantuan BAZNAS untuk rekonstruksi 69 Pondok Pesantren. Sebelumnya, BAZNAS juga telah membagikan 5.000 paket Sembako kepada warga terdampak di Kabupaten Cianjur.

Secara struktur bangunan, Pondok Pesantren Al Bahjah sudah tidak layak lagi sehingga harus direkonstruksi. Wapres memerintahkan hal tersebut kepada Kementerian PUPR.

RUSAK PARAH: Kondisi Pondok Pesantren Al-Bahjah yang rusak parah mengharuskan dibongkar dan dilakukan rekonstruksi.


Dari Pesantren Al Bahjah, selanjutnya kami bergerak menuju Kampung Gunung Lanjung 2 RW 07, Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang. Wapres melakukan peninjauan dan memberikan santunan ahli waris secara simbolis kepada ahli waris korban meninggal dunia sejumlah 478 kepala keluarga dengan total nilai Rp 7,1 miliar.

Setelah itu, kunjungan berlanjut ke tempat relokasi Sirnagalih, Jalan Raya Cibeber, Kecamatan Cilaku. Di sini, Wapres sambut oleh Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Iwan Suprijanto, yang sudah tiba terlebih dahulu. Dari 200 rumah tahan gempa yang direncanakan dibangun, 95 rumah telah terbangun saat kami berkunjung.

SEBELUM KE JAKARTA: Menyempatkan singgah di Istana Kepresidenan Cipanas.


Di Cianjur, kami menyempatkan singgah sejenak di Istana Kepresidenan Cipanas untuk melakukan isoma sebelum kembali ke Jakarta.

Gempa Cianjur mengingatkan kita pada Gempa Bantul. Gempa Bantul menjadi titik balik bangkitnya kesadaran masyarakat bahwa kita hidup di daerah rawan bencana, kapan saja bisa terjadi lagi ancaman bencana.

Berkat kekompakan, seluruh elemen sosial bergerak bersama memulihkan kerusakan dampak gempa. Proses pemulihan gempa Bantul terbilang cepat. Tercatat hanya sekitar dua tahun.

Kepada kita, masyarakat Bantul telah mengenalkan kearifan lokal yang dikenal dengan nama 5G, yaitu guyub, rukun, golong gilig, gotong royong, greget, dan gumregah gumregut. Masyarakat Cianjur pasti memiliki model kearifan lokal dan kekuatan untuk bergerak bersama memulihkan kerusakan dampak gempa. (*)

Post a Comment

0 Comments