Subscribe Us

Header Ads

Pertunjukkan Kebangkitan NU

SATU ABAD NU: Bersyukur bisa hadir pada acara Puncak Resepsi Satu Abad NU di Sidoarjo, Jawa Timur. 


SIAPA pun yang berkesempatan hadir dalam agenda Resepsi Puncak Satu Abad NU “Merawat Jagad, Membangun Peradaban” di Sidoarjo, Jawa Timur pasti takjub. Luar biasa ramainya. Lautan manusia. Ini bukti bahwa Nahdlatul Ulama adalah organisasi yang sangat dicintai umat di Indonesia.

Alhamdulillah, saya berkesempatan hadir di sana. Saya merinding melihat pemandangan yang luar biasa fenomenal itu. Stadion Gelora Delta Sidoarjo menjadi gelanggang pertunjukkan peradaban baru yang dibangun NU.

Satu abad NU. Tiap bagian hidupnya membangun sejarah. Dulu, NU dikenal sebagai gerakan Islam tradisional yang kolot dan konservatif. Karenanya, NU dipandang sebelah mata. Gus Dur telah mengubah “takdir” sejarah itu: membuat NU dikenal luas dan disegani.

Dengarlah apa yang disampaikan Martin van Bruinessen, peraih penghargaan “Satu Abad NU” pada kategori internasional. Jika namanya tercantum pada Al Azhar dan pesantren-pesantren tua di Indonesia, hal itu dikarenakan ia banyak menulis tentang pesantren dan kitab kuning.

Ia tidak akan bisa menulis tanpa bantuan, pertolongan, dan dukungan dari KH Abdurrahman Wahid. Di mata Martin, Gus Dur memiliki strategi untuk membuka mata dan memperkenalkan NU kepada dunia luar.

Gus Dur pula yang membantu dirinya  membukakan pintu-pintu pesantren. Dengan katabelece Gus Dur, tidak ada tempat yang terlarang bagi Martin. Tak sampai di situ, Gus Dur turut membantu mempublikasikan buku-buku yang ditulis Martin untuk dunia luar dan di Indonesia.

PUNCAK HARLAH NU: Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin di panggung kehormatan.


Pada acara puncak harlah “Satu Abad NU”, Selasa (07/02/2023), kita sudah melihat bagaimana Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf sangat berapi-api ketika berpidato. Menyapa Indonesia dan dunia dengan ucapan selamat datang di abad ke-2 NU.

Yang menarik, pikiran-pikiran global NU tersebut telah disampaikan secara gamblang dan lugas oleh Gus Yahya pada kanal Youtube tokoh pers nasional Dahlan Iskan. Saya menyimaknya sampai tuntas perbincangan dua tokoh besar itu.

Pak DI, sapaan akrab Dahlan Iskan memang pandai melontarkan pertanyaan. Podcast dibuka dengan pertanyaan tentang makna terpenting bagi NU di usianya yang satu abad.

Menurut Gus Yahya, peringatan paling penting pada satu abad NU adalah mengkonsolidasikan semua kekuatan-kekuatan yang dimiliki. NU memiliki elemen-elemen kekuatan yang beragam dan besar. “Tinggal mendesain sistematikanya yang bisa mewadahi kekuatan-kekuatan besar itu,” kata kiai alumnus Universitas Gajah Mada tersebut.

Setelah terpilih menjadi Ketum PBNU, Gus Yahya langsung membuat lompatan dengan melakukan halaqah atau seminar peradaban. Tujuan utamanya untuk membangkitkan kembali ingatan dari para ulama tentang tujuan dasar dan visi besar NU.

NU DAN LINTASAN SEJARAH: Merasakan suasana spiritual  bersama sahabat nahdliyin pada peringatan Satu Abad NU di Stadion Delta, Sidoarjo, Jawa Timur.


Sebagai organisasi umat Islam, NU bukan sekadar tempat berkumpul para ulama Indonesia. Visi NU bukan hanya membangun satu bangsa, tetapi membangun peradaban dunia.

“NU memahami bahwa kita hidup di peradaban yang secara diametral dan fundamental telah berbeda dari format peradaban masa lalu. NU telah berpikir bagaimana seharusnya umat Islam menanggapi perubahan-perubahan itu,” kata Gus Yahya saat podcast bersama Pak DI.

Ketika bicara apa kata Islam, menurut Gus Yahya yang paling berhak untuk merepresentasikannya adalah ulama. Karena itu, ulama harus terlibat, berpikir, dan mengartikulasikan pandangan-pandangan sebagai representasi Islam.

Pak DI lalu meneruskan pertanyaan kedua. Apakah istilah fikih peradaban tidak sensitif? Karena lazimnya, fikih hanya membicarakan tentang ritual ibadah. Dengan gaya diplomatisnya yang khas, Gus Yahya mengatakan bahwa kesadaran untuk membangun wawasan fikih terkait dengan fenomena-fenomena baru sebenarnya sudah cukup lazim. Ulama harus harus menemukan fungsi baru dari agama di tengah realitas-realitas baru. Agama tidak bisa lagi difungsikan seperti masa lalu karena realitas pada saat ini sudah berbeda.

UNTUK DUNIA: Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin saat membuka muktamar internasional Fikih Peradaban di Shanrilla Hotel, Surabaya.


“NU mulai berbicara tentang konstruksi yang luas. Dari serial halaqah yang sudah berjalan, muncul topik-topik tentang wawasan-wawasan yang lebih filosofis. Tujuannya terkait konstruksi global,” ujarnya.

Muktamar Fikih Peradaban yang berlangsung di Shanrilla Hotel Surabaya memang sangat menarik. Itulah Muktamar I Fikih Peradaban. Yang dibuka oleh Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin. Yang telah merumuskan aturan-aturan fikih yang mampu mendukung kemajuan peradaban manusia. Yang akan disusul dengan muktamar ke-2 dan seterusnya.

“Kita mengundang 130 tamu ulama internasional dari 40 negara. Ditambah pengamat dari Amerika Serikat dan Eropa. Kita agendakan menjadi kegiatan reguler, 1 tahun atau 2 tahun sekali. Harus selalu di Indonesia, dan penyelenggaranya NU,” ujar Gus Yahya.

BINCANG KE-NU-AN: Presiden RI Joko Widodo dan Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin berbincang dengan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf.


Masalah besar dan berat tentang peradaban ini telah menjadi pembahasan di pesantren-pesantren terkemuka NU. Juga di lembaga kajian.

“NU ingin membangkitkan energi kiai-kiai. Kiai-kiai kita yang di kampung-kampung itu sebenarnya intelektual-intelektual yang paripurna. Ini terbukti dari serial halaqah fikih peradaban. Artikulasi-artikulasi mereka luar biasa bernas dalam konstruksi akademiknya,” ujar Gus Yahya.

Pokok pikiran sederhananya, kata Gus Yahya, NU berikhtiar membangun satu konstruksi peradaban di masa depan. Konstruksi yang bisa menjamin tidak terjadinya konflik antaridentitas dan merusak peradaban dunia.

“Kita harus cari formatnya. Sudah NU artikulasikan ke arah peradaban baru dunia dari sudut pandang Islam,” urainya.

FENOMENAL: Presiden RI Joko Widodo dan Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin memukul bedug sebagai penanda dibukanya acara puncak resepsi Satu Abad NU.


Dari puncak resepsi Satu Abad NU yang dibuka langsung oleh Presiden RI Joko Widodo didampingi Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin, dihadiri sejumlah ulama NU, serta deretan pejabat negara dan tokoh nasional, NU telah memperlihatkan keberislaman yang moderat, dan memberikan contoh hidup adab Islam yang baik di masyarakat.

Semoga NU terus istiqomah sebagai perekat ukhuwah, merawat kebhinekaan, serta mewujudkan tekad mendigdayakan NU menjemput abad kedua menuju kebangkitan baru. (*)

Post a Comment

0 Comments